Selasa, 06 November 2012

Natural History : sumbangsih orang british terhadap historiografi Indonesia

Review : Mary Chaterine Quilty. Textual Empires : a Reading of Early British Histories of South East.

Karena Indonesia dikuasai Belanda, maka banyak dugaan yang sering muncul bahwa sumber tertulis dan documenter tentang sejarah modern Indonesia ditulis dalam Bahasa Belanda. Tentu saja benar bahwa dibandingkan dengan bacaan Belanda yang luas sekali itu sumbangan berbahasa Inggris terhadap penelitian tentang Indonesia tidak banyak. Namun hendaknya, orang tidak lupa bahwa awal yang serius dari historiografi Indonesia terutama bukan terdapat pada karya-karya para ahli ketimuran yang pertama di Leiden, melainkan dalam buku sejarah tebal yang diterbitkan oleh para sarjana Inggris seperti Marsden, Raffles, dan Crawfurd. Karya-karya mereka merupakan suatu kumpulan yang mengesankan dari bahan documenter Inggris mengenai berbagai segi sejarah Indonesia. ( Soedjatmoko, dkk : 1995)

Mary Catherine Quilty dalam Textual Empires, khususnya di Bab 1, Natural Histories : New Ways of Knowing, membahas tentang bagaimana orang-orang british seperti Symes, Marsden, Raffles, Crawfurd dan Anderson menuliskan dan mempublikasikan pengetahuan tentang Asia Tenggara. Mereka meyakini bahwa tesk-teks mereka dapat meningkatkan pengetahuan baru masyarakat dunia tentang Asia Tenggara. Tulisan Marsden, tentang History of Sumatra, kemudian Raffles dengan History of java, dan tulisan Symes, serta Anderson,sangat menarik karena tema yang dipilih adalah tema yang dekat lingkungan, alam dan kehidupan masyarakat. ditulis dengan metode ilmiah yang berkembang saat itu, sehingga diniliai bahwa tulisan mereka adalah tulisan yang paling objektif.

Namun, jika dicermati Dari sisi historiografi, keempat penulis Inggris tersebut, memiliki kesamaan. Walaupun mengambil tema yang berbeda, namun keempatnya sama-sama menulis dengan sudut pandang orang eropa dan umumnya mereka menulis tentang Asia Tenggara, mempunyai ideology tersendiri. Berkaitan dengan keinginan Eropa untuk melakukan kolinialisasi di Asia, maka tulisan mereka terhadap asia tenggara berusaha untuk mempresentasikan kekayayaan, keeksotisan Asia. Ini kemungkinan juga akan menjadi pertimbanagan apakah sebuah daerah pantas atau tidak untuk diekpsloitasi.

Umumnya, orang-orang Perancis dan Inggris ( begitu pula orang Jerman, Rusia, Spanyol Portugal, Italia dan Swiss ) memandang dunia Timur berdasarkan suatu tadisi yang mereka yakini selama ini. Tradisi tersebut bernama orientalisme, suatu cara untuk memahami dunia Timur yang didasarkan pada keeksotisannya di mata orang Eropa. Bagi orang-orang Eropa, Timur tidak hanya bersebelahan dengan kawasan mereka. Lebih dari itu, orang Eropa selalu menganggap Timur sebagai jajahan mereka yang terbesar, terkaya, dan tertua selama ini. Timur juga dianggap sebagai sumber bagi peradaban dan bahasa Eropa, saingan atas budaya Eropa dan sebagai bagian dari imajinasi Eropa yang terdalam. Timur adalah “yang lain” ( the other ) bagi Eropa. ( Said, 2010). Konsekuensi logis yang muncul dari cara pandang orientalisme ini adalah menimbulkan pandangan bahwa barat adalah superior, sedangkan Timur adalah inferior. Oleh karena itu, penulisan Sejarah Asia Tenggara tidak lagi dilihat secara objektif, karena sejarah ditulis berdasarkan satu sudut pandang saja. Tidak mengherankan kemudian bila ditemukan dalam tulisannya, Anderson menyebut tentang adanya “kanibalisme” di Batak, atau mungkin juga pandangan penulis yang lain tentang dunia bar-bar untuk merepresentasikan dunia Timur.

Tetapi, terlepas dari cara pandang orientalisme yang digunakan para peneliti inggris terssebut, baik Symes, Marsden, Raffles dan Anderson telah menyuguhkan suatu historiografi yang menarik, dimana tema-tema politik tidak lagi menjadi pilihan utama dalam tulisannya. Lebih dari itu, walaupun dengan beberapa kekurangan dalam penyajian tulisannya, misalnya buku History of Java nya Raffles yang terkesan hanya menuliskan data-data saja, tanpa ada pemaknaan terdapat fakta, namun para peneliti Inggris ini setidaknya telah melampaui apa yang telah dihasilkan sejarahwan Indonesia pada masa sekarang, bahwa sejarah tidak hanya ditulis berdasarkan tema politik saja, tetapi sejarah bisa juga meliputi beberapa aspek mikro yang sering terlupakan dari pandangan orang-orang Indonesia itu sendiri.

Daftar bacaan : Quilty, Mary, Textual Empires.. (Australia : monas university. 1998) Soejatmoko,dkk, Historiografi Indonesia : Sebuah Pengantar (Jakarta : PT Gramedia Pustaka, 1995) W. Said, Edward. Orientalisme. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semangat