Selasa, 06 November 2012

Ruang politik dalam hikayat Hang Tuah : Hikayat me(di )nggugat!

Perkembangan historiografi sekarang yang memperbolehkan penggunaan sumber-sumber tradisional sebagai sumber sejarah telah memberikan angin segar bagi dunia historiografi. Dewasa ini, mulai ditemukan sejarahwan yang mulai berani menggunakan sumber lokal sebagai sumber penelitiannya. Walaupun, sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam sumber lokal sering kali diketemukan cerita-cerita yang bersifat khayali, namun sumber lokal masih merupakan rujukan sejarahwan dalam melakukan pelacakan jejak sejarah.

Sumber tradisional digunakan untuk melengkapi ruang-ruang kosong yang tidak bisa diisi dengan sumber lain yang telah digunakan. Karena, dalam sumber tradisional, hikayat misalnya dapat memberikan gambaran tentang kehidupan politik dan social, bahkan tentang beberapa aspek kehidupan sehari-hari.

Artikel Ruang Politik dalam Hikayat Hang Tuah membahas tentang ruang-ruang politik Kesultanan malaka yang dikunjungi Hang Tuah. Tulisan ini sangat menarik, karena Hendri Chambert-Loir dalam meneliti tentang perjalanan politik yang dilakukan Hang dengan membandingkan antara perjalanan Hang Tuah dalam Hikayat Hang Tuah dengan beberapa sumber lain misalnya Sulalat al-Salatin alias Sejarah Melayu. Daya tarik dalam tulisan ini adalah bagaimana Hendri Chambert-Loir menemukan perbedaan-perbedaan serta kontradiksi-kontradiksi dalam sumber rujukan utama dalam sejarah melayu, dan kemudian dia mencoba untuk memperbandingkannya tanpa terburu-buru melakukan justifikasi manakah sumber yang merujuk ke fakta maupun ke fiksi. Tentu saja, sumber yang paling banyak dikaji adalah sumber Hikayat Hang Tuah, dan tanpa menggabaikan sumber lain, Hendri Chambert-Loir berusaha untuk melakukan interpretasi serta menggabungkan kedua sumber, dan tidak mempermasalahkan hikayat yang berisi banyak muatan cerita yang khayali, sehingga kedua sumber yang digunakan dapat saling melengkapi, dan dapat sedikit mengisi ruang kosong yang ditinggalkan sejarahwan yang lalu.

Salah satu Kontradiksi yang berusaha dimunculkan Hendri Chambert-Loir adalah misalnya dalam Hikayat Hang Tuah, tokoh utama Hang Tuah melakukan banyak perjalanan politik Misalnya, di Melayu, Hang Tuah mengunjungi negri Pahang, Terengganu,Lingga, Singapura, bahkan, perjalanan Hang Tuah mencapai Tiongkok, India Selatan, Tanah Suci, Mesir dan Turki. bahkan Hang Tuah lah yang memegang peran utama dalam semua misi dan perjalanan tersebut, Sedangkan dalam Sulalat al-Salatin, alias Sejarah Melayu, Hang Tuah hanya mengunjungi beberapa negeri saja, bahkan tidak pernah memimpin utusan sendiri.

Hendri Chambert-Loir menyadari bahwa dalam hikayat, fakta dan fiksi tercampur dalam narasi yang panjang,dan hampir sulit dibedakan antara kenyataan dan khayalan- yang sebenarnya memungkinkan untuk dilakukan identifikasi satu persatu, tetapi Hendri Chambert-Loir lebih memfokuskan pada permasalahan dasar hikayatnya . Baginya, yang terpenting dalam sumber Hikayat Hang Tuah dapat mengungkapkan bahwa melalui cerita hikayat tersebut, kerajaan malaka berusaha untuk membangun jaringan terhadap Negara-negara lain. Jaringan ini tidak hanya dimaksudkan untuk perdagangan saja, tetapi lawatan yang dilakukan Hang Tuah ini, juga bersifat politis. Misalnya, disuatu bab, diceritakan tentang lawatan Hang Tuah ke Majapahit. Lawatan ini akhirnya diakhiri dengan pernikahan antara Sultan Malaka dengan putri majapahit raden Galuh Emas. Konsekuensi dari pernikahan ini, kelak Raden Bahar, putra sulung sultan malaka menjadi raja di Majapahit menggantikan kakeknya yang meninggal dunia. Sehingga hierarki antara kedua kerajaan itu terbalik. tetapi, pada bagian ini, Hendry Chambert-Loir kurang jeli dalam memberikan penekanan pada maksud raja malaka menikahi putri majapahit. Padahal pernikahan politik dalam biasanya memang sengaja dilakukan untuk mendapatkan kekuasaan yang lebih, Hendry Chambert-Loir dalam hal ini hanya menjelaskan pernikahan terjadi karena putri majapahit cantik lagi bangsawan. Tetapi, Hendry Chambert Loir kurang kritis dalam menjelaskan kemungkinan-kemungkinan yang mendasari raja malaka menikahi purti majapahit. Bahkan, Hendry Chambert Loir kemudian menjelaskan antara hierarki malaka dan majapahit di tulisan akhir dari bab ini,

Tetapi, lebih dari itu Hendry Chambert Loir sangat cerdas saat harus memberi jarak antara fakta dan fiksi dalam hikayat, sehingga Hendry Chambert-Loir mampu memberikan gambaran konsepsi orang melayu tentang dunia geografis serta kekuatan-kekuatan politik yang mereka hadapi. dia sangat kritis dalam melakukan kritik sumber Hikayat Hang Tuah. bahkan, dia berani menyampaikan argumentasinya, bahwa dalam satu tahap penyusunan teks Hikayat Hang Tuah yang kita kenal sekarang ini, pernah terjadi penyalinan dari berbagai naskah lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semangat