Selasa, 06 November 2012

Menghargai sejarah seperti Van Leur

Review : Abad ke-18 sebagai kategori dalam penulisan Sejarah Indonesia,

Historiografi kolonial dikuasai oleh pandangan yang etnosentris. Semua peristiwa berkisar sekitar kerajaan dengan raja sebagai pusatnya serta apa yang terjadi diluar itu jarang disinggung. Tidak boleh dilupakan pula bahwa dalam lingkungan sosio-kultural dari historiografi tradisional itu pada cerita sejarah ada kekuatan religio-magis, maka tidak ditinjau secara kritis. ( Sartono Kartodirdjo, 1992). Historiografi kolonial ditulis oleh orang-orang Belanda dengan menggunakan arsip Belanda sehingga tulisan yang dihasilkan ditulis menggunakan cara pandang eropasentris. Tetapi, berbeda dengan Van Leur, dia mampu menyajikan sejarah dengan cita rasa pribumi- dengan penghargaan kepada timur yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh barat.

Dalam artikel Abad ke-18 sebagai kategori dalam penulisan Sejarah Indonesia, menurut Richard Z. Leirissa, Van Leur membuat tandingan atas karya Dr. Godee Molsbergen yang merupakan jilid yang keempat dari “ Geschiedenis van Nederlandsch-Indie. Dalam karya tersebut, Godee Molsbergen mengemukakan bahwa sejarah VOC dalam abad kedelapanbelas merupakan refleksi dari sejarah negri Belanda yang ketika itu telah muncul sebagai kekuatan yang menentukan Eropa. Van Leur menyanggah pendapat ini dan mengatakan bahwa abad kedelapanbelas tidak berbeda dengan abad ketujuhbelas, baru dalam abad kesembilanbelas, Eropa menunjukkan keunggulannya. Selain menyanggah hal tersebut, yang paling menarik dalam tulisan ini adalah Van Leur menunjukkan bahwa dengan menggunakan sumber VOC dapat disusunlah sebuah historiografi yang tidak melulu memihak kolonial. Sebuah perspektif yang sangat berbeda dengan historiografi kolonial jaman itu.

Kritik Van Leur misalnya mengenai perekonomian. Van leur mampu membuktikan dalam tulisannya bahwa kenaikan ekspor barang-barang pada saat itu diserap oleh Asia dan Indonesia tanpa kompeni ambil bagian. Van luer mencoba menulis dengan perpektif lain di jaman itu, bahwa sebenarnya ada garis yang semakin naik , kurve yang terus menanjak di seluruh abad ke-18, bahkan naiknya lebih tepat akibat penambahan perdagangan Eropa yang lebih kuat selama pertengahan kedua abad tersebut. Kemudian dalam tulisannya Van Luer juga berani mensejajarkan orang-orang pribumi seperti Mangkubumi, Mas Sahid, Tjakraningrat dengan tokoh barat seperti speelman. Hal ini yang tidak pernah dilakukan barat sebelumnya.

Melihat tulisan Van Leur sebenarnya hal inilah yang perlu dilakukan oleh sejarahwan-tidak pandang bulu sejarahwan Indonesia ataupun sejarahwan asing. karena permasalahan klasik dalam sejarah adalah sudut pandang penulisan. Dimana setiap bangsa akan menulis sejarahnya sesuai dengan sudut pandang bangsanya itu sendiri. Sehingga yang dihasilkan adalah sejarah yang berusaha memaksakan paham nasionalisme untuk merasuk dalam tulisannya, imbasnya, sejarah tidak akan pernah berusaha untuk melihat dari dua sisi. Tidak akan pernah ada keadilan dalam sejarah. Tetapi, belajar dari Van Luer, belajar bahwa dia bisa menulis dengan kacamata bangsa lain, sepertinya hal ini perlu dicontoh oleh sejarahwan masa kini.

Tidak mungkin tidak kita melihat historiografi kolonial sebagai salah satu sumber penulisan kita. Karena suka tidak suka historiografi kolonial adalah bagian dari historiografi Indonesia ( Bambang Purwanto, 2006) ataupun tidak boleh juga kita terpaku pada keinginan untuk menandingi historiografi kolonial dengan terlalu berlebihan dalam menyisipkan paham nasionalisme, lebih dari itu, ada baiknya melihat sejarah dari dua sisi. Sisi kolonial- dan juga sisi Indonesia, karena dengan begitu, sejarah akan ditulis bukan hanya sebagai ajang balas dendam saja. Tidak ada yang salah dengan masalalu-sejarah. masalalu-sejarah bisa benar ataupun salah adalah bagaimana memaknainya.

Bambang Purwanto. Gagalnya Historiografi Indonesiasentris ( Jogjakarta : Ombak, 2006) Sartono Kartodirdjo. Pemikiran dan Perkembangan Historiografi Indonesia.( Jakarta : PT Gramedia, 1992) J.C Van Leur. Abad ke-18 sebagai kategori dalam penulisan sejarah Indonesia ( Jakarta : Bhatara Jakarta, 1973 )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semangat