Selasa, 06 November 2012

Memberi ruang kepada cerita tentang subaltern

Sangat menarik ketika menyimak tulisan David Henley, Carriying capacity, climatic variation, and the problem of low population growth among Indonesian swidden fanfiers evidence from north sulawesi . Dalam tulisannya tersebut David Henley mencoba untuk menjelaskan tentang populasi di Sulawesi utara, Gorontalo dan Minahasa. Perhatian khusus David Henley diberikan pada factor lingkungan seperti iklim, tanah, dan penyakit yang kemudian mempengaruhi populasi penduduk Sulawesi pada masa itu.

David Henley membahas tentang hubungan pengaruh antara ketahanan pangan dan laju populasi penduduk di Sulawesi Utara pada abad ke 19. Misalnya , ketika lahan padi dialih fungsikan menjadi lahan kopi, maka terjadi ganguan pangan. Rakyat menjadi kelaparan, inilah yang diduga oleh David Henley. David Henley juga membahas mengenai adanya kaum Misionaris, dimana mereka melakukan politik terselubung. Politik tersebut erat kaitannya dengan kolonialisme di abad tersebut. Politik terselubung tersebut terlihat ketika David Henley coba menghubungkan antara penyakit cacar dengan misionaris. dengan adanya penyakit cacar, para Misionaris ini melakukan pengobatan. Tidak berhenti sampai disini saja, setelah melakukan pengobatan, para misionaris kemudian melakukan kristenisasi penduduk setempat. Hal ini sesuai dengan cita-cita gospel yang mereka bawa. Jika dibandingkan dengan tulisannya Anthony Reid, Asia Tenggara dalam kurun niaga 1450- kedua tulisan ini m$erupakan tulisan yang menarik karena tema sejarah yang diangkat tidak hanya terpaku pada kehidupan politik, raja dan perang, akan tetapi sejarah ditulis sangat total karena menyangkut semua aspek kehidupan. Sejarah yang coba ditampilkan oleh David Henley ini berdimensi multidisipliner. Disini, David Henley brhasil menggabungkan antara sejarah geografi dengan sejarah demografi. David Henley tidak hanya berhasil menghubungkan antara sejarah geografi dan juga sejarah demografi. Namun, David Henley juga membahas tentang kondisi perekenomian pada masa itu.

Tulisan ini semakin layak untuk dikaji dan dipelajari , karena selain dari kepiawaian David Henley dalam menghadirkan data-data demografi kemudian dipadukan dengan sejarah geografi, David Henley juga menjadikan tulisan ini menjadi salah satu contoh tulisan yang mencoba mendengarkan suara kaum subaltern, dimana David Henley berusaha untuk menghadirkan ruang yang diisi kaum subaltern dalam tulisannya. Kaum subaltern ini meliputi kaum-kaum marjinal, seperti penduduk biasa yang hampir tidak pernah dituliskan sepak terjangnya dalam sejarah. Mereka seolah-olah tidak memiliki suara dalam historiografi. Mereka seolah-olah dibungkam dalam sejarah. Ironisnya, Mereka memang tidak pernah bersuara karena mereka memang tidak punya suara. sejarah hanya memberikan tempat bagi tokoh-tokoh besar, Negara, ataupun sesuatu yang dipahami secara politik. Padahal, seharusnya siapapun yang mempunyai masa lalu, maka dia berhak untuk memiliki sejarahnya sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semangat