Selasa, 06 November 2012

Menyoal historiografi dari oriantalis sampai indonesiasentris

Sudut pandang, teori, maupun metodologi yang digunakan dalam historiografi sangat mempengaruhi kebenaran fakta sejarah yang akan disuarakan dalam penulisan sejarah. Sebagai contoh, jika sejarahwan menggunakan cara pandang orientalisme maka historiografi yang akan dihasilkan akan menyuarakan dominasi atau superioritas barat terhadap ketidakberdayaan atau inferioritas timur baik sebagai imperialism maupun kolonialisme. Oriantalisme sering diartikan sebagai cara pandang dunia barat mengenai keeksotisan dunia timur. Orientalisme mengungkapkan dan merepresentasikan bahwa budaya timur merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya barat, karena barat beranggapan bahwa timur merupakan daerah jajahan terbesar mereka Atau dengan kata lain, cara pandang orientalisme digunakan untuk menata ulang, mendominasi, dan menetapkan kekuasaan barat terhadap dunia timur. Bagi penganut paham ini, orientalisme dianggap sukses dalam menyajikan tulisan sejarah yang apik karena dapat memberikan gambaran geo-politis ke dalam teks- teks estetika, keilmuan, ekonomi, sosiologi, sejarah dan filologi. Dalam artikel “Kolonialisme dan Kebudayaan” Nocholas B Dirk mencoba menguraikan beberapa tulisan sejarah yang ditulis dengan menggunakan sudut pandang oriantalisme. Misalnya dalam novel A passage to India karangan E.M Forster, Nicholas B Dirk beranggapan bahwa Forster mampu menghadirkan sebuah novel etnografi kolonialisme inggris di India. Nichoals B Dirk juga setuju dengan gagasan yang disampaikan oleh Marx, Benjamin, Gramsci, William, Foucault, Derrida dan Said yang membuatnya memahami kolonialisme sebagai pokok soal yang penting menurut hak nya sendiri dan sebagai metafora untuk hubungan yang halus-pelik- antara kekuasaan dan pengetahuan serta kebudayaan dan pengontrolan.

Penganut oriantalis berhasil menyajikan sisi lain pengertian kolonialisme yang berbeda. Jika dalam kaca mata timur, kolonialisme selalu diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, penjajahan, perampasan hak, perengutan kebebasan yang terjadi pada masa lalu sehingga menimbulkan persepsi bahwa dunia sekarang adalah dunia pasca kolinialisme yang merdeka dari imperialis, orintalis justru menilai bahwa bisa saja kolinialisme tetap terus hidup dengan cara baru yang barangkali tidak kita ketahui.

Berbeda dengan kaum orintalis. Pendekatan yang digunakan dalam penulisan sejarah Indonesia biasanya mengacu pada pendekatan Indonesiasentries. Pendekatan Indonesiasentries ini mucul lantaran banyak sekali ditemukan penulisan sejarah gaya orintalis yang lebih dominan menceritakan superior barat akan dunia timur. Munculnya pendekatan Indonesiasentries juga diharapkan dapat melengkapi fakta-fakta sejarah yang terlanjur dihilangkan oleh penganut orintalisme. Konsekunsi logisnya, pendekatan ini menempatkan pribumi sebagai actor utama dalam penulisan sejarah.

Namun, bukan berarti Historiografi Indonesiasentris lolos tanpa cacat, lahir dan sempurna begitu saja, dalam Kesadaran Dekonstruktif dan Historiografi Indonesiasentris, Bambang Purwanto menjelaskan bahwa pada awalnya, historiografi Indonesiasentris kebanyakan menampilkan sifat nasionalisme yang berlebihan dan lebih mengandalkan retorika sehingga kebenaran fakta yang dihadirkan dipertanyakan. Selain itu, historiografi Indonesiasentris juga erat kaitannya dengan wacana kolonial yang paradoks dengan wacana colonial yang coba disajikan kaum orintalis. Imbasnya, historigrafi Indonesiasentris biasanya belum sepenuhnya dapat menghadirkan keberaan rakyat sebagai pembahasan utama dalam sejarah. Sejarah masih bersifat milik penguasa atau sesuatu yang mempunyai dampak besar pada masa itu, sehingga historiografi Indonesia sering mengabaikan peran orang pinggiran. Jika sudah begini, Historiografi Indonesiasentris tak ubahnya dengan historiografi yang dianut orientalis karena dalam historiografis Indonesiasentris mengesampingkan peran inferior(orang pinggiran) , dan hanya memberikan ruang bagi superior (Negara) untuk menceritakan sejarahnya sendiri.

Padahal, jika dicermati lebih lanjut, meskipun orang pinggiran tidak mampu berbuat banyak, tidak melakukan perubahan pada level pemerintahan ataupun politik, tetapi sebenarnya kehidupan orang pinggiran dan kaum-kaum lain yang tersisihkan dalam historografi Indonesiasentris dapat dijadikan salah satu tema kajian para sejarahwan yang dapat memberikan warna baru dalam historiografi indonesiasentris. Pengkajian ini penting dilakukan karena hakikat sejarah adalah rekam peristiwa bagi siapapun yang mempunyai masalalu, tidak hanya orang besar, tetapi juga termasuk orang-orang pinggiran yang terlupakan serta tersisihkan. Jika wacana orang pinggiran dapat dihadirkan oleh sejarahwan dalam historiografis Indonesiasentris, tidak mustahil akan muncul historigrafi Indonesia yang lebih baru, yang dapat menggambarkan keadaan sebenarnya dari bangsa Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semangat