Senin, 29 November 2010

untuk dunia kecilku yang sangat besar artinya

Menginjakkan kaki di universitas ini, 4 tahun yang lalu, tidak pernah sedikitpun terbesit niat untuk menjadi bagian mereka yang terbiasa hidup dalam mimpi-mimpi idealisme. Segerombolan orang yang Sibuk dengan pergumulan yang menurut orang lain tidak penting. Sibuk memikirkan orang lain dan kadang lupa untuk memikirkan kesuksesan diri sendiri. Sebagian orang yang sering di cap “mahasiswa aneh.” Ketika mahasiswa lain sibuk untuk mengatur jadwal liburan, mereka hanya sibuk memikirkan bagaimana mahasiswa mendapatkan hak-hak nya. walaupun, terkadang mahasiswa modis ataupun apatis tidak pernah menganggap mereka ada. Mereka hanya akan selalu dianggap orang aneh. Itulah uniknya. Segerombolan orang yang berani berdiri didepan, membela hak-hak mahasiswa tanpa mengharapkan pujian. Hanya ada idealisme di dunia mereka. Hanya ada kebenaran, keadilan, dan semangat. Untuk mereka, saya mungkin bukan siapa-siapa , tapi bagi saya, merekalah dunia kecil yang sangat berarti…

belajar dari ilalang,

Seringkali, aku merasa sangat lemah hingga hanya bisa terdiam.
Seringkali aku merindukan saat-saat dimana aku bisa tertawa lepas,
Seringkali aku merindukan saat-saat aku menangis di pangkuan.
Tetapi, waktu terus berjalan mengajak usiaku beranjak dewasa. Tawa-tawa lepas itupun tidak selalu aku rasakan. Apalagi untuk menangis dipangkuan. Hidup terlalu singkat untuk kita tangisi. Dan kehidupan tak akan pernah mau mengajari kita tanpa kita mau belajar menyelaminya. Aku baru menyelami waktu selama 21 tahun, dan aku belum benar-benar berkawan dengan kehidupan.
Aku sedang mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri. Memaafkan kesalahan-kesalahan bodoh yang terlanjur tergulir di masa lalu. Menerima “aku” tanpa harus melongok ke atas. Mencintai diriku tanpa pamrih. Mencintai hatiku saat-saat aku kehilangan cinta. Memaklumi saat aku harus merasa kalah, dipermainkan pengetahuan. Dan ketika aku mampu untuk berkawan dengan diriku sendiri, kehidupan mengajariku tentang bagaimana menaklukannya.
Aku kini banyak belajar dari ilalang,
Ilalang, tumbuhan yang tidak pernah menjadi pusat perhatian, tetapi dia tak merasa tersisih. sepanas apapun mentari menyengat, atau sedingin apapun hujan mengguyur, ia masih bisa bergoyang. Ia tetap hidup, walaupun ia tak tampak menawan. Tetapi ilalang, ketegarannya tak bisa diremehkan.
Sebuah kesedihan atau kekecewaan tidak akan mematikan semangatmu dan merendahkan kehidupanmu. Paling tidak, Kamu masih bisa tersenyum bahkan untuk situasi yang paling sulit.

semakin kita menangis,semakin kita tidak mendapatkan apapun

Permasalahan yang kita hadapi sekaranga adalah batu ujian yang harus kita selesaikan. Sebenarnya, kita sama sekali tidak membutuhkan air mata untuk ikut memecahkannya. Tetapi yang kita lakukan justru sebaliknya. Kita justru terlarut dalam air mata. Bukan untuk memecahkan masalah itu, tetapi kita hanya meluapkan emosi kita. Padahal, waktu terus saja bergulir. Kita tidak menyadari bahwa segetir apapun masalah itu, kita hanya butuh solusi untuk keluar dari masalah. Sekali lagi, kita tidak butuh tangisan.
Sebanyak apapun airmata yang telah kita keluarkan, tidak akan mengembalikan apa yang telah hilang. Jadi untuk apa kita harus menangis, menyesali semua yang telah berlalu, menginginkan kita kembali pada masa-masa dimana kita melakukan kesalahan dan berusaha untuk menghapus kesalahan yang kita buat. Untuk apa kita berharap Sang waktu akan sudi berputar kembali ke masa lalu, dan membiarkan kita memperbaiki apapun yang kita anggap salah?
Kesalahan dimasa lalu akan tetap lekat dalam memori kita. Tetapi kita tidak perlu mengingat-ingat kesalahan itu, yang perlu kita ingat hanyalah hikmah yang terkandung dalam setiap cerita berjudul “kegagalan”. Hikmah itulah yang akan menjadi pelajaran bagi kita, untuk menatap masa depan di depan kita dengan lebih tegar dan kuat. Saya percaya, Allah akan mengganti dengan yang lebih baik. Apapun itu, janji Allah sangat-sangat nyata!