Senin, 29 November 2010

belajar dari ilalang,

Seringkali, aku merasa sangat lemah hingga hanya bisa terdiam.
Seringkali aku merindukan saat-saat dimana aku bisa tertawa lepas,
Seringkali aku merindukan saat-saat aku menangis di pangkuan.
Tetapi, waktu terus berjalan mengajak usiaku beranjak dewasa. Tawa-tawa lepas itupun tidak selalu aku rasakan. Apalagi untuk menangis dipangkuan. Hidup terlalu singkat untuk kita tangisi. Dan kehidupan tak akan pernah mau mengajari kita tanpa kita mau belajar menyelaminya. Aku baru menyelami waktu selama 21 tahun, dan aku belum benar-benar berkawan dengan kehidupan.
Aku sedang mencoba untuk berdamai dengan diriku sendiri. Memaafkan kesalahan-kesalahan bodoh yang terlanjur tergulir di masa lalu. Menerima “aku” tanpa harus melongok ke atas. Mencintai diriku tanpa pamrih. Mencintai hatiku saat-saat aku kehilangan cinta. Memaklumi saat aku harus merasa kalah, dipermainkan pengetahuan. Dan ketika aku mampu untuk berkawan dengan diriku sendiri, kehidupan mengajariku tentang bagaimana menaklukannya.
Aku kini banyak belajar dari ilalang,
Ilalang, tumbuhan yang tidak pernah menjadi pusat perhatian, tetapi dia tak merasa tersisih. sepanas apapun mentari menyengat, atau sedingin apapun hujan mengguyur, ia masih bisa bergoyang. Ia tetap hidup, walaupun ia tak tampak menawan. Tetapi ilalang, ketegarannya tak bisa diremehkan.
Sebuah kesedihan atau kekecewaan tidak akan mematikan semangatmu dan merendahkan kehidupanmu. Paling tidak, Kamu masih bisa tersenyum bahkan untuk situasi yang paling sulit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

semangat